Kamis, 29 Desember 2011

JANGAN MEMPERSULIT DIRI

Arif adalah seorang manajer pemasaran di perusahaan SAT. Dia begitu handal dan cekatan, hanya saja suatu ketika manakala dewan direksi memintanya untuk volume penjualannya ditambah secara signifikan. Arif terlihat bingung menjawab pertanyaan dewan direksi. Ia khawatir tidak dapat memenuhi target yang dibebankan manakala ia menjawab "sanggup". Ia khawatir, mesin - mesin akan hancur, karyawan pada lari manakala memenuhi permintaan sang dewan direksi.

Akhirnya ia memutuskan meminta waktu sejenak untuk berfikir sebelum memberi keputusan. Ia pulang ke rumahnya dengan muka sedikit lesu tidak seperti biasanya. Hesti yang merupakan teman wanitanya bingung melihat perubahan yang tidak biasanya diraut wajah kekasihnya itu. Arif pun bercerita tentang pengalamannya tadi saat dipanggil menghadap dewan direksi. Hesti hanya tertawa dan balik meledek Arif, "bukankah kamu suka sepakbola rif, di aplikasikan donk, jangan dinikmati saja". Mendengar ledekan sang kekasih, arif semakin sebal saja.

Melihat perubahan yang itu, Hesti mencoba menghibur dengan berkata "terkadang dalam sepakbola, kita harus bisa membedakan mana masalah yang timbul karena grogi tidak bisa mencetak gol yang berasal dari dalam diri kita, dan mana yang karena kualitas pemain lawan yang mumpuni". Mendengar nasihat itu, Arif jadi tertarik dan meminta Hesti meneruskan tanggapan dan sarannya. "Untuk bisa mengalahkan lawan, sebagai seorang striker / pemain depan, kamu harus bisa menguasai dirimu dahulu agar tidak canggung dan mampu mengeluarkan kemampuan terbaik. Pun juga setelah itu, kita juga harus siap bertanding 1 lawan 1 dengan lawan yang secara fisik dan skill lebih baik dari kita."

Mendengar penjelasan Hesti, Arif jadi paham. Seharusnya ia mampu membedakan mana masalah yang timbul karena ketakutan / ketidakmampuan dia, dan mana masalah yang timbul karena tantangan dari luar (karyawan, stok barang, mesin dll). Akhirnya malam itupun ia dapat tidur nyenyak setelah memilah - milah masalah yang dihadapinya di kantor.

Keesokan harinya, ia menghadap dewan direksi untuk memberikan jawaban. Bukan jawaban Iya dan Tidak yang ia sampaikan, melainkan hasil analisis dia mengenai kemungkinan - kemungkinan yang akan timbul dikemudian hari. Dari analisisnya, ia menyimpulkan bahwasanya terlalu beresiko tinggi menambah jumlah pemasaran. Bukan hanya karena ketidaksiapan sumber daya produk, tapi juga sumber daya manusia yang menunjang hal tersebut masih sedikit. Ditambah, produk ini belum familiar dibandingkan produk kompetitor.
Mendengar penjelasan tersebut, sang dewan direksi akhirnya mengerti dan mengucapkan terima kasih atas masukannya. Sebab, jika tetap dipaksakan untuk berproduksi masal, hasilnya belum tentu bagus untuk perusahaan. Arif merasa lega, akhirnya ia mampu mengalahkan ketakutan yang ada dalam dirinya. Diapun bergegas pulang dan menyampaikan perihal ini kepada Hesti.


Kadang, karena keterpaksaan dan kepepet, kekuatan tidak terduga kita bisa keluar
-Fitrah All Burman-

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More