Minggu, 08 Januari 2012

Bob Sadino - Memilih Miskin

Kehidupan yang relatif mapan yang di jalani om Bob membawa dia seperti mudah mendapatkan segalanya. Bekerja di perusahaan asing hingga jalan - jalan keliling dunia. Tapi apakah dengan begitu ia mendapatkan kebahagiaan. Jawabnya, belum tentu karena ia merasa dengan bekerja kepada orang lain maka ia berada dalam kendali arasannya. Kalo atasannya (maaf) goblok, bisa bisa saya ikut goblok. Itulah sekelumit cerita yang saya ingat dari kata - kata beliau.
Memang tidak semua orang memiliki kesamaan dengan om Bob. Orang seperti dia menginginkan kebebasan, independensi dan totalitas berekspresi untuk itulah ia meninggalkan segala kemewahan yang tersedia lalu menantang dirinya untuk 'memilih miskin' dengan keluar dari zona nyaman menuju kehidupan antah berantah. Semua dilakukan dengan spontanitas, tanpa perancanaan dan tanpa mengharapkan lebih. Karena baginya, terlalu banyak berharap, maka akan banyak pula kekecewaan yang akan di dapatnya.
Awalnya, ia memang harus membayar mahal pilihan tersebut dengan kerja keras yg luar biasa. Jatuh bangun, cobaan ektrim hingga sekedar memberi rokok saja ia harus berfikir 2 kali, sebab bila ia memilih menyalahkan rokoknya, maka ia tidak akan makan. Sebuah pilihan yg rumit bahkan lebih tepatnya hanya memiliki pilihan yang terbatas. Bukan berarti saudaranya diam saja, om Bob bercerita bahwa saudaranya sering bahkan memaksa memberikan bantuan. Tapi karena keinginan kuatnya untuk menjadi manusia merdeka secara seutuhnya, ia lebih memilih mempertahankan egonya.
Ia memilih untuk berusaha dengan apa yang ia miliki sekarang, hingga suatu saat ia heran mengapa telur eropa dan Indonesia berbeda. Berawal dari sini lah, kerajaan Kemchick berawal. Dan om Bob menjadi salah satu pelopor entrepreneur berhasil di Indonesia. Awalnya memang tidak mudah, ia harus membawa dagangannya dari rumah ke rumah. Penolakan demi penolakan tidak membuatnya surut. dan akhirnya SUKSES.
Terlepas dari suka dan dukanya, ia merefleksikan masa lalunya itu dengan bersyukur. Karena baginya, hidup miskin biasanya hanya memiliki sedikit pilihan bahkan kadang tidak memiliki pilihan untuk hidup layak. Dengan tidak banyaknya pilihan, berarti ia bisa fokus kesana. Pilihannya hidup atau mati. Makanya harus serius. 
Dan hal yang paling di kritisi beliau adalah sistem pendidikan Indonesia saat ini. Ia merasa, Entrepreneurship harusnya jadi solusi, bukan malah jadi karyawan seperti biasanya diidamkan para sarjana. "Seandainya yang menjalankan wirausaha itu adalah mereka yang sarjana dari Perguruan Tinggi, dampaknya akan luar biasa. Otak encer plus memberdayakan masyarakat." Oleh karenanya, jangan hanya berkutat di kuadran Tahu, masuklah ke kuadran bisa ...

APA ITU KUADRAN TAHU DAN KUADRAN BISA, simak di tulisan saya berikutnya ...
Salam hangat selalu

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More